KENDARA.ID – Sebelumnya, Mazda CX-60 telah meluncur di Indonesia pada bulan Juli 2023 lalu. Dan sejak itu banyak yang membicarakan tentang SUV flagship terbaru dari Mazda ini, baik dari kalangan penggemar otomotif maupun khalayak umum. Mulai dari mesin Skyactiv baru yang besar, desain eksterior yang megah hingga harganya yang mendekati 1,2 milyar Rupiah. Maka dari itu PT Eurokars Mazda Indonesia (EMI) mengundang kami untuk merasakan pengalaman berkendara bersama Mazda CX-60 dari Semarang ke Jakarta.
Setelah mendarat di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani di Semarang, perjalanan dimulai menuju Marina Convention Center yang terletak tak jauh dari bandara karena media drive ini bersamaan dengan acara GIIAS Semarang 2023. Disana, terlihat antusiasme masyarakat Jawa Tengah terhadap Mazda CX-60 yang positif yang sudah terlihat di hari pertama GIIAS Semarang 2023 itu.
Berangkat keluar kota Semarang di hari kedua, kami berkeliling Jawa Tengah menuju pemberhentian pertama di Benteng Willem I di Ambarawa. Sembari mengagumi arsitektur dari benteng peninggalan zaman Belanda, kami juga mengagumi tampak eksterior dari CX-60 yang terlihat keeropaan untuk mobil berkelahiran Hiroshima, Jepang.
Sebagai informasi, Mazda CX-60 merupakan salah satu produk Mazda yang menggunakan platform terbaru Skyactiv Multi-Solution Scalable Architecture – Large Product Group yang memiliki orientasi mesin memanjang depan-belakang atau yang biasa disebut longitudinal. Platform ini juga digunakan oleh SUV Mazda yang lebih besar yaitu CX-90 yang sudah di jual di Amerika Serikat dan Australia.
Melanjutkan perjalanan menuju tempat makan siang, kami sempat menemukan jalan yang tidak rata, baik yang kondisinya masih wajar hingga yang tidak beraspal karena konstruksi perbaikan jalan, momen yang tepat untuk memindahkan mode berkendara Mi-Drive ke mode offroad. Pada mode offroad, respon pedal gas dan kontrol traksi akan disesuaikan dengan medan yang dilalui agar mobil bisa mendapatkan traksi yang optimal, dibantu dengan sistem all-wheel drive (AWD) yang pintar membuat CX-60 dapat melalui permukaan jalan yang kurang baik.
Setelah makan siang di restoran yang tak jauh dari Candi Borobudur, kami mengarah ke pintu tol Boyolali yang berarti melewati jalanan berkelok mulai dari kota Muntilan hingga Ketep. Disini sangat terasa arti dari tagline “The Perfect Jinba Ittai” yang diterapkan oleh Mazda, karena pengendaraannya yang sangat presisi untuk SUV sebesar ini. Sekali lagi, peran AWD pintarnya dan rancangan suspensi yang cenderung sporty membuat mobil ini terasa seakan-akan sebuah mobil sport berpenggerak rear-wheel drive (RWD).
Sistem electronic power steering (EPS) dari CX-60 ini juga kami apresiasi berkat respon setir yang akurat dan berbobot di segala medan jalan dengan kecepatan yang beragam, membuat kami percaya diri bermanuver lincah dengan mobil yang memiliki panjang total hampir 4,8 meter.
Masuk jalan tol di Boyolali, kami lajukan mobil ini kembali ke kota Semarang. Disini, peran mesin Skyactiv baru ini bersinar. Seperti y
ang sudah kami beritakan, Mazda CX-60 menggunakan mesin baru berkapasitas 3,300cc 6 silinder segaris dengan turbocharger bertenaga 285 hp torsi 450N.m yang digabungkan dengan sistem Mild Hybrid (MHEV) 48 Volt bernama M-Hybrid Boost. Berkat mesin ini, 0 hingga 100 km/jam tuntas dalam 6,9 detik, angka yang impresif mengingat bobotnya yang hampir 2 ton.
Tipikal mesin 6 silinder, getaran mesin terasa halus dan suara mesin juga terdengar merdu. Penyaluran tenaga ke semua roda pun serasa halus berkat transmisi otomatis ‘multi-plate clutch’ dengan 8 percepatan yang juga baru hadir pertama kali di CX-60 ini. Dengan kombinasi mesin dan transmisi tersebut, sangat mudah bagi kami untuk melaju hingga 210 km/jam sebelum sampai di kota Semarang.
Hari ketiga, waktunya kami pulang ke Jakarta. Perjalanan hari ini dipenuhi oleh jalan tol yang panjang dan membosakan hingga dapat menimbulkan rasa kantuk. Untuk itu, sistem i-ACTIVSENSE pada Mazda CX-60 berperan besar demi menjaga keselamatan pengendara. Terdapat adaptive cruise control yang dapat menjaga jarak dengan mobil di depan dan lane-keep assit yang dapat menjaga mobil tetap di tengah lajur bermarka.
Bila pengendaranya sedang lengah, juga terdapat blind spot monitoring untuk memantau kendaraan lain pada titik buta spion dan dapat memberi peringatan audio dan visual bila kita menyalakan lampu sein, dan juga ada lane departure alert yang memberi tahu bila pengendara keluar lajur tanpa lampu sein dan dapat menarik mobil kembali ke tengah lajur.
Selain itu, juga ada smart brake support yang dapat mengerem laju mobil secara otomatis untuk menghindari tabrakan, dan juga ada front and rear cross traffic alert yang memberitahukan bila ada kendaraan lain yang melintas dari sisi kiri-kanan. Dan apabila kita sudah terlalu lama berkendara, terdapat driver attention alert yang dapat memantau jam berkendara serta ada kamera infra-merah yang dapat membaca raut muka pengemudi bila terlihat lelah atau sedang terdistraksi. Semua fitur tersebut hadir secara standar pada Mazda CX-60 demi menjaga keselamatan pengendara.
Satu catatan dari kami selama perjalanan ini ialah karakter suspensi yang terlalu keras pada kecepatan rendah namun limbung pada kecepatan tinggi. Hal ini membuat kami penasaran dengan rasa berkendara Mazda CX-60 varian bawah yang di jual di Eropa dan Jepang yang memiliki velg 18 inci, lebih kecil dari velg 20 inci pada spek Indonesia. Mungkin velg 18 inci tersebut dapat mengobati rasa berkendara CX-60 yang ‘unik’ ini.